Tekanan darah tinggi, atau hipertensi
Hipertensi adalah penyebab utama stroke.
Ketika tekanan darah di pembuluh darah tinggi secara terus menerus, maka dinding pembuluh darah menjadi menebal, kaku dan kehilangan elastisitas, serta mudah rapuh. Penebalan dinding pembuluh darah ini menyebabkan ruang aliran darah menyempit sehingga aliran darah ke otak berkurang. Hal ini dapat menyebabkan pembuluh darah di otak tersumbat, dikenal dengan stroke iskemik. Saat tekanan darah terus meningkat, pembuluh darah akan menerima tekanan yang lebih besar dari normal, akibatnya pembuluh darah dapat pecah, dikenal dengan stroke hemoragik. Kondisi ini diperberat dengan penebalan, kekakuan, kerapuhan dan hilangnya elastisitas pembuluh darah.
Peningkatan kadar gula darah, atau Diabetes Mellitus (DM)
Banyak orang tidak sadar, bahwa kadar gula darah tinggi bisa memicu stroke, bukan hanya menyebabkan Diabetes Mellitus. Ketika kadar gula darah tinggi secara terus menerus, menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi kaku, menebal dan tidak elastis. Akibatnya, pembuluh darah mudah mengalami penyempitan sehingga aliran darah ke otak berkurang. Kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya stroke iskemik. Peningkatan kadar gula darah berkepanjangan juga menyebabkan kolesterol jahat (LDL, Low Density Lipoprotein) menumpuk di pembuluh darah, sehingga lama-lama terbentuk plak atau lapisan lemak yang mengeras, yang bisa menyumbat aliran darah ke otak. Peningkatan kadar gula darah berkepanjangan juga menyebabkan darah menjadi lebih kental sehingga meningkatkan risiko terjadinya stroke.
Kegemukan, atau Obesitas
Obesitas adalah kondisi ketika seseorang memiliki penumpukan lemak tubuh yang berlebihan, sehingga berdampak buruk pada kesehatan. Dengan kata lain, berat badan seseorang jauh melebihi berat badan ideal akibat kelebihan lemak, bukan sekadar karena berat otot atau tulang. Kelebihan lemak pada tubuh memaksa jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh, akibatnya tekanan darah meningkat atau hipertensi. Obesitas biasanya diukur dengan Indeks Massa Tubuh (IMT), atau BMI (Body Mass Index). Kategori IMT, atau BMI mengacu pada standart Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), sebagai berikut:
Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok dapat menyebabkan stroke karena zat-zat berbahaya dalam rokok menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dan sistem peredaran darah.
Kenapa kebiasaan merokok dapat menyebabkan stroke?
Nikotin dan karbon monoksida dalam rokok merusak lapisan dalam (endotel) pembuluh darah. Akibatnya, dinding pembuluh menjadi kaku dan tidak elastis.
Nikotin memicu pelepasan adrenalin, yang menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan meningkatkan tekanan darah, atau hipertensi.
Zat dalam rokok menyebabkan darah lebih kental dan mudah menggumpal, kondisi ini bisa menyumbat aliran darah ke otak sehingga menyebabkan stroke iskemik.
Karbon monoksida mengikat hemoglobin, menggantikan oksigen. Otak menjadi kekurangan oksigen (hipoksia), meningkatkan risiko kerusakan jaringan otak.
Kolesterol tinggi, atau Dislipidemia
Kolesterol tinggi atau dislipidemia dapat menyebabkan stroke karena menimbulkan penumpukan lemak di pembuluh darah, yang mengganggu aliran darah ke otak. Ketika kadar kolesterol jahat (Low Density Lipid, LDL) tinggi, lemak menempel di dinding pembuluh darah. Lama-kelamaan, akan terbentuk plak atau lapisan lemak yang mengeras, menyebabkan pembuluh darah menyempit dan kaku. Akibatnya, aliran darah ke otak berkurang dan bisa memicu stroke iskemik. Plak atau lapisan lemak tersebut juga bisa pecah dan membentuk gumpalan darah (thrombus) sehingga menyumbat pembuluh darah di otak, menghentikan suplai oksigen ke jaringan otak.
Kurangnya aktivitas fisik
Jika jarang bergerak, kalori dari makanan tidak terbakar. Akibatnya, lemak menumpuk di tubuh dan menyebabkan obesita. Obesitas meningkatkan terjadinya peningkatan tekanan darah, atau hipertensi. Aktivitas fisik membantu menjaga elastisitas pembuluh darah. Jika jarang bergerak, pembuluh menjadi kaku dan aliran darah tidak lancar sehingga tekanan darah naik dan meningkatkan risiko pecahnya pembuluh darah di otak. Gerakan tubuh membantu jantung memompa darah lebih efisien. Saat jarang bergerak, aliran darah menjadi lambat, risiko penggumpalan darah (trombosis) meningkat sehingga dapat menyumbat pembuluh otak.
Konsumsi alkohol berlebihan
Alkohol merangsang pelepasan hormon stres, yaitu adrenalin dan nonadrenalin, menyebabkan jantung berdetak lebih cepat, jantung bekerja lebih keras, pembuluh darah menyempit dan tegang sehingga tekanan darah meningkat. Alkohol juga bisa mengaktifkan hormon renin, angiotensin dan aldosteron, menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Alkohol juga meningkatkan pelepasan hormon kortisol, menyebabkan peningkatan tekanan darah dan mempercepat kerusakan pembuluh darah.
Stress berkepanjangan dan gangguan emosi
Stres berkepanjangan dan gangguan emosi bisa menyebabkan stroke karena memengaruhi sistem saraf, hormon, dan pembuluh darah secara terus-menerus. Saat stres, tubuh mengeluarkan hormon stres yaitu adrenalin, noradrenalin, kortisol. Efeknya, jantung berdebar cepat, pembuluh darah menyempit, peningkatan tekanan darah. Tekanan darah meningkat, atau hipertensi lama-kelamaan merusak dinding pembuluh darah otak, hingga bisa pecah atau tersumbat dan menyebabkan stroke. Stres membuat sistem saraf simpatis aktif terus (mode “fight or flight”). Akibatnya jantung dipaksa bekerja lebih keras, tekanan darah naik, dan aliran darah menjadi tidak stabil. Kondisi ini meningkatkan risiko gumpalan darah (trombosis) yang bisa menyumbat pembuluh otak, atau stroke iskemik.